Tanpa kita sadari, cara hidup kita sudah berubah. Dulu bekerja di kantor, kini bekerja di rumah. Dulu belajar di sekolah, kini belajar di rumah. Tentu hal ini menimbulkan masalah karena mungkin hanya sedikit dari kita yang merancang rumah sekaligus sebagai tempat bekerja dan belajar sepanjang hari.

Orang tua dan anak berebut “lokasi strategis” di rumah hampir setiap hari. Masalah ini bisa jadi kita alami juga di rumah. Mungkin kita mengira semua ini karena dan selama masa pandemi saja. Akan tetapi, sebetulnya bekerja dari rumah atau belajar dari rumah akan menjadi kecenderungan masa depan sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu perkembangan teknologi informasi.

Masalah lain yang dihadapi saat bekerja atau belajar di rumah adalah suasana. Kebanyakan rumah dirancang sebagai tempat istirahat, bukan tempat bekerja atau belajar. Jadi, kita merancang rumah agar menjadi tempat yang nyaman untuk istirahat. Ketika pandemi datang, kita tidak mengira pandemi akan berlangsung lama dan tidak siap menghadapi perubahan fungsi rumah yang tiba-tiba harus menjadi kantor atau sekolah.

Tidak sedikit di antara kita yang terpaksa memindahkan perabot rumah karena memerlukan ruang tambahan untuk bekerja dan belajar. Tidak sedikit pula yang terpaksa mengubah fungsi ruangan tertentu yang dianggap tidak sering dipakai menjadi tempat bekerja dan belajar. Di mana kita akan menyimpan perabot rumah yang menumpuk tadi tidak pernah terpikirkan. Jadilah rumah seperti gudang. Tumpukan ada di mana-mana. Belum lagi perangkat kerja atau belajar yang berceceran.

Masalah lain yang mungkin muncul adalah kita menjadi tidak fokus dalam bekerja atau belajar di rumah. Tentu hal ini akan berdampak pada hasil pekerjaan sehingga kinerja kita dianggap tidak optimal. Begitu pula dengan proses belajar anak kita di rumah. Semua ini belum termasuk tekanan pekerjaan atau tugas belajar yang dihadapi, misalnya pada saat lembur kerja atau ujian sekolah. Pasti suasana rumah menjadi tidak terkendali.

Sehubungan dengan beberapa masalah yang muncul tadi, tidak sedikit pula di antara kita yang berubah menjadi arsitek atau desainer dadakan. Mungkin ada di antara kita yang memang berbakat menjadi arsitek atau desainer. Rumah pun disulap dadakan seperti kantor atau ruang kelas. Mungkin juga di antara kita “terpaksa” menjadi arsitek atau desainer interior dadakan. Jadilah rumah kita seperti tahu bulat yang digoreng dadakan. Filosofi rumah idaman kita pun berubah menjadi filosofi tahu bulat dadakan. Padahal, kebanyakan tahu bulat dadakan itu tidak utuh bulat. Artinya, bisa jadi rumah kita tidak utuh lagi menjadi rumah idaman seperti yang kita inginkan.

Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi pada rumah kita, bukan? Mark Twain, penulis terkenal dunia, merasa perlu membuat sanctuary khusus agar dapat menulis dengan nyaman tanpa gangguan pihak luar. Dia membangun hut yang terpisah dari rumah utama dan berada di bawah pohon besar di halaman rumahnya. Memang kita tidak harus membangun sanctuary seperti Mark Twain, tetapi kita bisa membangun sanctuary yang sesuai dengan kebutuhan kita. Nah, apa solusinya bagi kita?

Anda ingin membangun atau mengubah desain interior rumah sehingga ada ruang yang comfy untuk bekerja dan belajar? ArsitekDepok.com siap membantu Anda. Jangan ragu, kami arsitek besertifikat. Kunjungi kami di twitter @arsitekdepok atau Facebook Arsitek Depok. Biaya konsultasi gratis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.